Jumat, 22 Juni 2012

Feature News

Pak Ali, daun transmigrasi yang tersapu zaman 




“saya bukan pengemis, saya bukan peminta-minta, tapi zaman sekarang siapa sih yang gak mau dikasih, kamu juga mau kan?” ujar pak Ali di sela-sela istirahatnya. 

         Ditengah ramainya lalu lalang kendaraan daerah Pasar Baru Jakarta Pusat (17/6/2012) lelaki lanjut usia (61) dengan gerobak kayunya duduk melepas lelah di tepi trotoar, tepat di depan kali Ciliwung Pasar Baru. Lelaki itu bernama Pak Ali. “saya lagi ngaso aja neng”, ujar pak Ali sambil memperhatikan jalan raya. Pak Ali adalah seorang pekerja yang mencari barang-barang yang sudah tidak terpakai ditemani oleh gerobak barunya. “Neng, gerobak ini baru, tadinya saya pakai karung” tambahnya. Pak Ali, baru membeli gerobak seharga Rp.160.000 setelah ditawar dari harga Rp.300.000. “saya ngumpulin uang buat beli gerobak aja lama, tapi ya Alhamdulillah saya jadi punya tempat tinggal”keluh pak Ali. Setiap harinya, Pak Ali mempunyai tempat istirahat tetap di wilayah Harmoni, dibawah jembatan penyebrangan. Ia sangat bersyukur, karena gerobak baru nya dapat menjaga tidurnya, dan barang-barang yang ia cari sebelum disetor. “Dulu Zaman Pak Suharto, saya dapet sapi neng, soalnya saya transmigran” ujar pak Ali.

       Pak Ali menceritakan kebahagiaannya saat zaman orde baru, hingga ia pernah berani jatuh hati pada seorang wanita meski pada akhirnya tidak menikah dan sampai sekarang tidak berkeinginan untuk berkeluarga. Ya, Pak Ali hanya contoh kecil, dari transmigran yang benar-benar diperhatikan pada masa orde baru. Selepas 32 tahun Pak Suharto memerintah, Pak Ali pun berusaha untuk mencari pekerjaan, dan pada akhirnya asal tidak menjadi peminta-minta ia bersyukur menjadi pencari barang bekas menggunakan karung. “penghasilan tidak menentu neng, tergantung dikasih sama bos,dua hari bisa dapet Rp.10.000, saya bukan pengemis, saya bukan peminta-minta, tapi zaman sekarang siapa sih yang gak mau dikasih, kamu juga mau kan? Tegas pak Ali. Transmigrasi dimulai pada masa presiden Soeharto, ini merupakan program pemerintah yang digalakkan untuk meratakan pembangunan dan pemerataan penyebaran penduduk di seluruh wilayah Indonesia saat orde baru dimulai.

        Namun, lain dulu, lain sekarang. Jika para rakyat kecil, terutama transmigran merasa makmur pada zaman orde baru. Maka ungkapan pak Ali untuk pemerintah saat ini adalah “sekarang parah banget,hidup susah banget”ujar pak Ali. Pak Ali seolah seperti daun transmigrasi yang tersapu zaman, zaman berganti, maka daunpun gugur dan tertiup angin.
NM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar