Jumat, 08 Juni 2012

apakah muslim dan musik itu bisa bersatu ?!


MUNGKINKAH BERSATU ANTARA MUSIK DAN MUSLIM ?! 
oleh Sutiawan sadra


Musik adalah suatu media untuk kita berekspresi, pembahasan tentang musik sudah menjadi  wacana yang dari dulu hingga sekarang merupakan pembahasan yang sangat menarik. Musik adalah media yang sering digunakan oleh banyak orang sebagai ajang berekspresi diri, sehingga tak heran kalau dunia musik itu banyak digandrungi oleh orang-orang dari semua kalangan, baik itu anak muda maupun yang tua.
Musik mempunyai faedah  bagi penikmatnya, diantaranya : musik bisa dijadikan penyalur hobi, musik dapat dijadikan media umat untuk berdakwah, dari musik bisa melahirkan lapangan pekerjaan, dan musik bisa menjadi media kita  mengenal keindahan.
Hubungan musik dalam kehidupan beragama adalah seindah alunan not-not yang mengiringi  lagu-lagu. Karena agama mengajarkan keindahan dan musik itu adalah keindahan pada umumnya, maka antara musik dan agama bisa dikatakan saling berkaitan dan bisa jadi tak terpisahkan. Tapi sekarang terdapat beberapa presepsi dari masyarakat, khususnya masyarakat islam, menjadikan musik itu adalah sesuatu yang asing bagi mereka. Seolah-olah mereka membatasi sendiri dengan musik sendiri. Sepertinya bagi mereka untuk menyatu dengan musik itu sebuah kemustahilan.
Mereka berpendapat bahwa musik yang layak untuk didengar muslimin adalah musik yang islami dan apabila mendengar musik-musik yang beriramkan atau bergenre ke—barat-barat—an maka mereka dengan segera menolak. Entah apa yang membuat mereka mempunyai presepsi seperti ini.  Memangnya apa genre atau not yang dibuat itu salah, sehingga mereka dengan secara langsung punya pendapat sedemikian. Dan apa musik islami itu pada hakikatnya ?
Disini penulis akan mencoba menghadirkan pernyataan yang menarik, hasil wawancara antara dua mahasiswa yang berbeda fakultas  dan berbeda pula universitasnya. Mahasiswa pertama  adalah seorang mahasiswa yang bergelut dalam dunia filsafat islam dan tafsir al-Quran, selain itu juga dia mempunyai keahlian bisa memainkan sebagian alat musik dengan mahir . Dan mahasiswa  yang kedua adalah mahasiswa yang mengambil pendidikan di salah satu universitas di jakarta. Dia ahli dalam bermain musik tapi dia juga aktif dalam kegiatan agama.
Disini penulis mencoba menghadirkan sesutu yang baru yang menarik untuk dibahas tentang musik dan muslimin khususnya pemuda-pemudi islam.
Mahasiswa pertama yang saya wawancarai adalah mahasiswa yang kuliah di fakultas filsafat islam dan ilmu tafsir al-Quran, dan mempunyai apresiasi yang cukup besar pada musik. 
Pembicara berkata: “ pertama perkataan saya belum pasti bisa mewakilkan pandangan teman-teman yang lain. saya menekan ini hanya pandangan secara subjektif saja. kalau saya bagi orang yang tidak terlalu mengerti musik, sebagai penikmat saja yang hanya sekali main. Bisa dikatakan bahwa dalam pandangan terhadap musik itu ada tiga kelompok.diantaranya:
  1. Musik sebagai media ekspresi  diri. dalam pandangan ini ada orang yang betul-betul menganggap seluruh hidupnya itu adalah musik. Musik menjadi inspirasi dan semangat dia dalam hidup dia itu musik, ini berangkat dari kecondongan pada diri kita untuk mengekspresikan diri. 
  2. Kelompok yang kedua menyatakan kontra, karena berbenturan dengan syariat agama dan adat istiadat. menurut saya bicara masalah musik adalah sesuatu permasalahan yang sudah klasik yang terus menereus menjadi bahan pembicaraan . apalagi berkaitan dengan masalah islam. Kelompok ini betul-betul menolak musik karena bertentangan dengan agama.kelompok yang ketiga adalah kelompok  yang berpaham moderat atau penengah, bahwa musik itu sebagai bahan mengekspresikan sesuatu hanya bukan satu-satunya jalan untuk berekspresi.
  3. Untuk kelompok yang pertama musik menjadi dirinya sendiri , akhirnya kecenderungannya musik itu sebagi ideology. contoh sekarang dari band-band yang mempunyai masa, masa yang mencintai band tersebut pasti rela untuk melakukan apa saja untuk grup bandnya. Jadi grup band ini ada kecenderungan  mengalahkan ”agama”. 
Bukan hasil dari justifikasi pembicara, namun Musik bukan satu-satunya jalan yang bisa dijadikan pegangan hidup , mungkin dalam satu sisi musik memenuhi kebutuhan kita, misalnya kita ter-ekspresi emosi kita, mungkin kita menjadi bahagia dan tenang . tapi mungkin banyak disisi lain ada kebutuhan itu yang tidak bisa dijangkau hanya dengan musik ada sisi lain misalnya kebutuhan sosial, bayangkan kalau seandainya kita menjadikan musik hanya sebagai satu-satunya pegangan, saya (pembicara) bukan mau menjustifakasi bahwa orang orang yang betul menjadikan musik itu sebagai ideology itu berarti menodai musik. saya hanya kritisi  bahwa boleh jadi, orang yang tidak mengerti musik secara hakikat bahwa dia telah menodai musik. 
Ada sekolompok orang yang melupakan tujuan-tujuan lainya karena musik. Padahal musik tidak cukup tangguh untuk dijadikan pegangan hidup, apa lagi  seakan-akan jadi ideologi. Semakin banyak aliran semakin banyak pula pengikutnya. karena gak mungkin ada aliran kalau tidak ada pengikutnya. Sekarang kita bisa hitung aliran seberapa banyak yang mendukung band. Perkara ini sudah menjalar segitu rupanya.
Bahwa ajaran agama menolak musik, terhadap pernyataan, ini menurut saya bukan berarti menjustifikasi, ini hanya dalam kondisi kritis mengenai hadits dan al-quran. Secara logika saja bahwa agama ini memerintahkan banyak hal mengenai keindahan dan mengenai cara-cara yang benar dalam berekspresi bahkan syariat pun diturunkan untuk membenarkan cara kita berekspresi.

Pada kelompok yang kedua yang jadi permasalahan, apakah musik itu cara yang benar untuk bereskpresi? menurut saya pandangan yang kedua ini juga kurang tepat. Karena menurut saya apabila melihat kecenderungan-kecenderungan alam, manusia diciptakan oleh Allah menjadi ciptaannya yang begitu indah.
Kita memiliki keindahan untuk ber-ekspresi, sesuatu yang sebetulnya masih terkait dan sangat terkait dengan keindahan dan apabila “berekspresi rasa” itu dilarang dalam agama, saya tidak sepakat, hanya saja dengan batasan-batasan tertentu, tidak sebebasnya dalam berekspresi.
Akan tetapi mereka pandangan yang kedua ini betul-betul memukul rata semua. mereka harusnya berpikir apabila mereka ingin berdakwah, boleh jadi dakwah lebih efektif dengan musik. Seruan seperti acara-acara maulid yang memakai musik bisa menjadi contoh, karena  banyak disana orang-orang yang tersentuh oleh musik .
Tidak ada alasan bagi kita untuk mengecam musik yang sebagai seni bukan musik sebagai sampah. Nah, ini yang menjadi permasalahan mereka tidak bisa membedakan mana musik yang jadi sebagai seni dan mana musik yang jadi sebagai sampah.
Ini yang menjadi cenderung bahwa musik itu sampah dan menodai agama. Akhirnya ini menjadi kecenderungan agama mengambil sikap terhadap musik. Kelompok yang kedua ini akan berdampak bahwa agama itu cenderung kaku. Sedangkan, apabila kita lihat yang sebelumnya adalah mereka yang cenderung bebas akhirnya mereka tidak punya “rem” dan kalau yang kedua terlalu kaku, dampaknya adalah mereka langsung menyalahkan orang lain berdasarkan lahiriah padahal aspek-aspek dalam agama islam bukan hanya aspek lahiriah saja. 
Berangkat dari sini pembicara yakin akan ada sebuah keterangan bahwa Innallaha jamil wa yuhibbul jammal, pembicara kurang setuju kepada kelompok kedua yang terlalu cepat menjustifikasi secara lahiriah. bahwa semuanya ini jenis musik dipukul rata salah.  Karena kadang peradaban bisa dibangun dari seni, khususnya musik juga berperan.
Sekarang pertanyaannya adalah bagaimana apabila ada ekspresi dan yang membawakan  musik ? Pada persoalan ini kalau kita melihat pada esensi musiknya tentu ini gak bisa disalahkan, tapi memang karena mereka seorang muslim dan apabila mereka menggambarkan seorang pribadi muslim, menurut saya ini salah juga, apa ini mencermikan, apabila kita melihat dari secara esensial ini tidak benar, katakanlah justru musik itu membuat orang itu terpengaruh. Sebagai contoh ada keterangan yang menyatakan bahwa janganlah kamu melihat si pembicranya tapi lihatlah siapa yang berbicara, ada kisah lain dari imam Ali berkata “ saya adalah hamba bagi orang yang mengajarkan satu huruf”. ini menggambarkan bahwa yang penting itu ilmunya bukan orangnya, begitupun musik yang penting musiknya secara esensial. kenapa harus tutup kebaikan itu berdasarkan opini umum atau terdapat bahwa dia jelek. Yang namanya kebaikan tetap kita pandang kebaikan walaupun itu berasal dari yang kurang baik menurut pandangan kita. Itu pun kurang baiknya masih dalam ranah subjektifitas.

Yang ke tiga, ekpresi yang dibolehkan namun bukan satu-satunya dan tidak terlarang. Dibolehkan namun bukan jadi menjadi satu-satunya yang dijadikan pegangan apalagi menjadi sebuah ideologi. Terlebih lagi misalnya cara hidup atau dalam beragama apalagi.

Yang mau pembicara tekankan adalah  musik menjadi sebagian dari cara berkspresi yang ditunjukan dengan cara yang indah dan baik. Pada posisi ini pembicara lebih sepakat pada pendapat ini, sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, saya kira sudah jelas. orang yang mempunyai pandangan ini pada intinya akan memandang sesuatu itu bersifat objektif. Dan tidak mudah melakukan justifikasi sepihak, dan tidak menganggap bahwa ini adalah satu-satunya jalan untuk dia unutk mencapai tujuan.

ada satu tujuan dan itu tujuan lebih sempurna yaitu Tuhan. Posisi ini betul-betul mereka bisa kendalikan musik sabagaimana  mestinya. Ada peribahasa menyatakan “Senjata itu tak akan berarti apa-apa apabila tidak ada orang dibelakangnya, mereka adalah orang-orang yang berhasil menggunakan musik itu untuk mencapai tujuan-tujuan yang mulia.

Orang yang seperti ini adalah orang yang bisa dikatakan bersyukur yaitu orang yang menggunakan kesempatan yang telah diberikan dengan sebaik;baiknya. Sama seperti halnya kita punya tangan, kita menggunakan tangan kita sebagaimana kegunaan tangan itu dalam kebaikan. Nah, karena orang-orang seperti ini itu mereka mengetahui makna dari tujuan bermusik itu maka dari itu mereka mempunyai pandangan yang bijaksana terhadap musik.

Mereka menjadikan potensi bermusik itu sebagai bersyukur, bisa dikatakan bahwa musik itu bisa dijadikan proses berdakwah pelembutan hati. Dan pembicara lebih cenderung pada pandangan yang ketiga ini. Pendapat subjektif yang posisi ini lebih logis dan mereka tidak kaku dalam beragama mereka bisa memandang secara bijaksana.dan yang kedua dia juga tidak terlalu bergantung dan menghabiskan waktu dengan musik dan dia tidak mengurung dirinya pada ruang sempit hanya dalam  bermusik.

Kita jangan langsung menolak dan jangan langsung fanatic terhadap musik. Kita harus tahu betul apa maksud dari lagu ini , apa yang dikandung dari nilai-nilai lagi ini, kira-kira ini bisa merubah hidup kita lebih “baik-gak”? dengan lagu ini. Apabila dengan lagu ini bisa termotivasi maka kenapa tidak, kalau kita harus membatasi musik itu, apalagi tentang kefanatikan kita terhadap lagu-lagu dari orang barat, ini bukan dilihat dari konteks bahwa mereka berpaham liberalisme, yang akan kita bahas kan manfaat dari musik dan lagunya. 
Yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai kita menjadikan musik itu sebagai “thogut” sebagai tuhan sehingga kita terlena akhirnya tidak ada manfaat apa-apa, nah ini menjadikan untuk memilih lagu tersebut dan bukan menjadikan kita bertindak ekstrim. Maka dari itu kita harus pintar memilah, apabila ada yang berbuat baik kenapa harus melihat perbedaan. Susah apabila memandang kebaikan dari perbedaan akhirnya kebaikan tertolak dari kita, begitupun dengan musik. Musik yang terkadang bisa membuat kita refresh, yang terkadang apabila kita sedang dalam satu moment memerlukan ketenangan terkadang kita menikmati musik untuk mendapatkan ketenangan, bagi pembicara pribadi dan itu bukan dari musik islami tapi tidak mengurangi kecintaan kepadanya, dari musik yang bergenre lain, nah dari itulah terkadang kita lebih memahami maknanya dibanding lagu islami.

Ada kesatuan antar musik dan makna yang tak terpisahkan. Yang bisa dikatakan itu seni. Salah satu musisi yang saya anggap seperti demikian adalah: crisye, Ebith G ade, ini adalah salah satu musisi yang membuat berbeda, mereka mempunyai nilai. dan banyak lagu dari barat yang meberi saya motivasi apabila mendengarkannya seperti Maher Zein, Laskar flat dan yang lainnya. Saya lebih suka musik-susik jaman dahulu yang lebih bermakna dan yang kalau dari kotemporer itu seperti maherzain,.
Lagu itu apabila memang bagus dalam kondisi apapun itu kan tetap bagus. Bagaimanapun apabila kita putar lagu crisye itu akan tetap hidup samapai kapanpun.

Pesan dari pembicara pertama “Mari kita lebih dewasa dan objektif dalam menyikapi, termasuk memilah dan memilih musik. Jadikan musik benar-benar sebagai wadah menyalurkan ekspresi positif dalam diri.”(Jaksel,05/06/2012).

Hasil dari wawancara penulis dengan Pembicara kedua, pembicara kedua yaitu mahasiswa dari fakultas musik tapi  juga aktif dalam kegiatan keagamaan.
Pembicara berkata:  
“Musik  itu sebuah kumpulan nada yang digabungkan dengn ritme dan tempo hingga terjadi keharmonisan dalam sebuah nada itu.apa pun jenis dan bunyinya yang bernada digabungkan dengan ritme dan tempo maka itu sudah bisa dikatakan musik. Hanya saja mainnya harus harmonis. Ini adalah Pengertian musik secara definisi.
Sejarah menyatakan tentang musik, awalnya itu tidak ada yang namnya instrumental-instrumental. pertama itu dari vokal dulu, baru berkembang ada instrumental, musik klasik setelah itu baru musik jenis modern sehingga banyak sekali jenis musik sendiri. Zaman dahulu musik itu lebih cenderung untuk kagaamman dan lebih cenderung dipakai kerohanian. Kebanyakan juga musik itu hanya bisa didengar oleh bangsawan-bangsawan. musik itu cenderung buat menghibur bangsawan, kerohanian, unsur kesombongn karena orang yang menyewa musik itu orang yang kaya, dan orang yang bisa musik itu hanya orang bangsawan dan orang yang bisa memainkan musik itu sangat sedikit sekali. Berawal dari revolusi perancis dari sini mulai gak ada lagi peraturan-peraturan. Disini mulai ada kebebasan dalam bermusik.sehingga bisa dimainkan orang banyak .
Dahulu musik klasik yang kebetulan saya pelajari itu banyak aturan-aturannya, aturan cara mainnya , karena semakin bebas dan semakin ditekan banyak musik yang keluar dari klasik-klasik itu. Karena musik klasik banyak banget aturan-aturannya.

Kalau ditanya tentang musik islami, musik barat itu bisa ditulis selain mereka bisa mengunakan tapi mereka bisa ditulis sedang musik timur itu gak bisa ditulis sehingga sekarang jarang ada dokument-dokument tentang musik.
Antara  musik dan muslim itu bisa bersatu,? Mungkin ada peraturan islam, banyak orang yang menggangap bahwa muslim itu tidak bisa bergabung dengan musik, mungkin mereka beranggapan bahwa musik itu banyak mudaratnya atau melenakan. Kalau misalkan dilarang saya tidak setuju. Karena ada fiqih yang menyatakan bahwa sesuatu itu dilarang apabila ada sesuatu yang membuat itu dilarang, pada intinya musik itu tidak dilarang hanya saja terkadang ada sesuatu yang membuat musik itu dilarang. musik itu identik dengan budaya. Muslim itu harusnya ada kiblatnya orang muslim itu untuk berkiblat dalam hal bermusik.harusnya muslim juga berpikir bagaimana kita bisa menciptakan musik yang tidak banyak mudaratnya dengan berdasrkan bahwa musik juga bergitu bermanfaat bagi manusia.

Pengemasan nada itu bisa bermacam-macam, musik bisa membuat orang itu tergoncang, menenangkan, menangis, menyemangati dan berbagai rasa yang lainnya. musik itu tergantung kepad kita mengemas musik itu seperti apa. Dari musik itu sendiri  kita bisa menciptakan kebaikan, inturumennya bisa menyemengati orang dan dalam musik sendiri itu ada syair maka dengan syair kita bisa berdakwah lewatnya. Dari sini kita bisa melihat bahwa seorang muslim yang kompeten dalam musik, seharusnya menjadi sebuah tantnagan untuk menciptakan seni musik yang baru, dan kita tidak harus mengikuti yang lainnya. Kita juga punya budaya sendiri pada intinya.

Nilai-nilai yang terkandung dalam musik itu bagi saya (pembicara) itu sama dengan seni-seni yang lain muncul karena emosional. Karena manusia cenderung emosinya itu ingin diungkapkan dengan bahasa yang universal kepada orang banyak, agar orang itu tahu apa yang dia rasakan. Tidak menutup kemungkinan, disaat dia mempunyai perasaan dengan Tuhan dia ingin ungkapkan perasaannya itu dengan musik dan ketika perasaan dengan seseorang dia ingin ungkapkan dengan musik. Satu yang ingin saya tekankan karena musik itu berasal dari jiwa jadi musik bisa mewakili isi hati.
 Apabila musik yang kita hasilkan itu luar biasa maka itu adalah cerminan dari diri kita. Saya ambil contoh apabila lagu yang diciptakan tentang Tuhan itu luar biasa maka bisa dikatakan bahwa hubungan kita dengan Tuhan itu luar biasa, ini seperti mewakili perasaan orang banyak. Musik dengan kata lain bisa dijadikan saran untuk mendekati Tuhan.

Pemusik itu harus punya prinsip keagamaan yang kuat, apabila mau beriringan dengan musik.Cita-cita kita dalam bermusik seharusnya bukan untuk dunia tapi juga harus diniatkan untuk akhirat kita. Dalam bermusik juga bagaimana kita bisa memberikan manfaat untuk dirimu dan agamamu. Dari pernyataan ini saya pikir, saya bisa mendekatkan diri kepada tuhan dengan bermusik.

Orang itu mempunyai ideologi masing-masing dan satu kita itu tidak boleh menjustifikasi orang bahwa pemusik itu jauh dari agama. Kalau kata seniman bahwa cinta Tuhan itu abstark, kita tak bisa menebak Tuhan, bisa jadi Tuhan lebih mencintai kita sebagai pemusik dari pada orang yang suka menjustifikasi seperti itu. Makanya sebagai pemusik yang baik itu harus bisa menilai mana yang baik dan mana yang buruk, harus tahu juga falsafat-falsafat agama dan jangan pernah menafikan agama. Agama dan musik itu harus berjalan seiringan, tidak boleh lepas sendiri dan berdiri sendiri tanpa agama. Jadi musik yang timbul itu adalah musik yang baik karena musik jalan seiringan dengan agama dan ahlak yang baik.
Apabila musik di irirngi akhlak yang buruk maka yang timbul juga musik adalah keburukan. karena musik itu dari jiwa dan jiwa itu berkaitan dengan perilaku dan ahlak. maka itulah tugas kita sebagai umat beragama bagaimana bisa menciptakan satu musik yang bagus yang bisa memberikan efek positif bagi para pendengarnya.

Saya tidak mebatasi musik yang harus dibatasi itu adalah diri kita sendiri. Sama apabila kita berteman, kita tidak dibatasi dengan teman siapa saja, hanya saja kita harus bisa memilih dan memilah teman kita. Dalam musik juga seperti itu, pada intinya semua musik layak untuk didengar hanya saja, kita harus pandai-pandai memilih musik mana yang seharusnya kita dengar dan mana yang kita tidak perlu dengar. Saya juga sebagai pemusik untuk ini harus mengapresiasi bentuk-bentuk musik.

Menurut saya (pembicara) tokoh musisi yang paling baik adalah Iwan fals untuk di Indonesia ini, tapi ini menurut saya. Iwan Fals itu pemusik yang menginginkan adanya perubahan dalam dirinya dan lingkungannya. Maka dari itu saya mengidolakan beliau. Karena dalam musik beliau terdapat pesan-pesan, ataupun perwakilan perasaan masyrakat. Dan dalam bermusik itu seharusnya punya cita-cita besar dan mewakili cita-cita besar umat. Seperti sekarang indonesia lagi membutuhkan sesuatu apa yang dinginkan rakyatnya tidak bisa diungkapkan, maka bisa dipenuhi melalui musik.

Nah, sekarang apabila seseorang ingin membuat makna kebaikan dalam musik, maka yang perlu baik adalah agamanya dahulu terus musik. Kalau seorang pemusik ingin menciptakan musik yaitu harus agamanya diperbaiki, hubungan sosialnya diperbaiki sehingga bisa menciptakan musik yang baik, yang bermanfaat bagi orang banyak.
Sekarang apabila ada, presepsi  yang hadir pada masyarakat bahwa antara musik dan muslim itu tidak bisa disatukan, dan pemusik itu biasanya jauh dari agama, menurut saya ini sebuah pernyataan yang mungkin perlu diteliti lagi. “ sekarang, pikirkan masa pemusik tidak boleh beragama, ini harus diisolir lagi”kata pembicara sambil tersenyum. Padahal antara musik dan agama itu bisa digabungkan, sekarang kita lihat adzan, mengaji al-Qura’an itu merupakan musik juga. Dan sekarang tinggal kita saja yang memandang musik itu seperti apa, hanya saja kalau dari saya jangan pernah menjustifikasi bahwa musik dan agama itu tidak bisa bersatu, yang satu dengan yang lainnya seakan-akan berlawanan. Saya tekan bahwa sebenarnya musik itu pada mulanya tidak dilarang dan apabila itu mendatanglkan sesuatau yang mudarat maka itu bisa jadi dilarang dan berkenaan hal ini menurut saya adalah berlaku untuk hal yang lain juga bukan musik saja.

Pesan saya untuk para pemuda muslim mengenai musik adalah carilah musik yang bisa membuat kita berpikiran positif dan hindari musik yang membuat kita mengarah kepada hal negatif, karena kata kholifah Ali bin Abi Thalib “ dunia ini adalah tempat beramal sedangkan akhirat itu tempat beramal. Niatkan  segala sesuatu yang kita lakukan di dunia ini adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Salah satunya termasuk dalam bermusik. Selanjutnya penikmat musik saya harapkan bisa memilih dan memilah musik. Semoga musisi-musisi dunia terlebih khusus musisi negeri tercinta ini bisa menghasilkan seni musik yang bisa membawa kita meraih cinta Ilahi. Amin Ya Rabb. (Jaksel,07/06/2012).

3 komentar:

  1. Assalamu'alaikum.wr.wb..
    Wah, Iwan keren. Banyak ilmi yang bisa didapat dari tulisan Iwan.

    Saya saran, bagaimana kalau ditambah beberapa gambar dan dimasukkan pertanyaan-pertanyaan wawancaranya supaya tidak terlihat terlalu panjang dan penuh.

    Tolong baca tulisan saya juga ya.
    http://penabirru.blogspot.com/2012/06/remaja-islam-dan-islamfobia.html
    :)

    Terima kasih.

    Salam,
    Isti Toq'ah

    Wassalamu'alaikum wr.wb..

    BalasHapus
    Balasan
    1. waalaikm salam wr.wb
      terima kasih y atas koreksian yang membangunnya, y insya Allah dilain kesempatan saya akan perbaiki lagi..
      terima kasih banyak atas sarannya .
      wsalm
      iwan

      Hapus
  2. ini tulisan yang mendalam banget :) lanjtukan wan :)

    BalasHapus